January 8, 2012

TEORI MODERNISASI KLASIK

BAB II
TEORI MODERNISASI KLASIK
(Suwarsono & Alvin Y. So)

SEJARAH LAHIRNYA
            Teori modernisasi lahir dalam bentuknya yang sekarang ini, paling tidak menurut tokoh-tokoh Amerika Serikat, sebagai produk sejarah tiga pertitiwa penting dunia setelah masa Perang Dunia II. Pertama,  munculnya Amerika Serikat sebagai kekuatan doninan dunia. Kedua,  pada saat yang hamper bersamaan, terjadi perluasan gerakan komunis dunia. Ketiga, lahirnya negara-negara merdeka baru di Asia, Afrika, dan Amerika Latin. Dalam situasi dunia seperti ini wajar jika elite politik AS memberikan dorongan dan fasilitas bagi ilmuan sosialnya untuk mempelajari permasalahan Dunia Ketiga.
            Jika pada masa sebelum Perang Dunia II, persoalan pembangunan negara Dunia Ketiga hanya sedikit sekali mendapat perhatian para ilmuwan AS, namun keadaan yang sebaliknya terjadi setelah Perang Dunia II.

WARISAN PEMIKIRAN
            Pewarisan pemikiran structural-fungsionalisme ke dalam teori modernisasi terjadi lebih disebabkan oleh kenyataan, bahwa sebagian besar pendukung utama teori modernisasi, seperti Daniel Larner, Marion Levy, Neil Smelser, Samuel Eisenstadt, dan Gabriel Almond, lebih banyak terdidik dalam alam pemikiran struktural-fungsionalisme, sewaktu mereka masih dalam bangu kuliah dahulu.

TEORI EVOLUSI
            Teori evolusi lahir pada awal abad ke-19 sesaat sesudah Revolusi  Industri dan Revolusi Prancis yang merupakan dua revolusi yang tidak sekadar menghancurkan tatanan lama, tetapi juga membantuk acuan dasar baru. Pada garis besarnya, teori evolusi menggambarkan perkembangan masyarakat sebagai berikut. Pertama,  teori evolusi menganggap bahwa perubahan social merupakan gerakan searah seperti garis lurus. Masyarakat berkembang dari masyarakat primitive menuju masyarakat maju. Kedua,  teori evolusi membaurkan antara pandangan subjektifnya tentang nilai dan tujuan akhir perubahan sosial. Perubahan menuju masyarakat modern merupakan sesuatu tidak dapat dihindari.
TEORI FUNGSIONALISME
            Pemikiran Talcott Parsons, ketika pernah sebagai ahli biologi, banyak berpengaruh dengan rumusan teori fungsionalismenya. Baginya, masyarakat manusia tak ubahnya seperti organ tubuh manusia, dan oleh karena itu masyarakat manusia dapat juga dipelajari seperti mempelajari tubuh manusia.
            Analogi dengan tubuh manusia mengakibatkan Parsons merumuskan konsep “ Keseimbangan dinamis-stasioner “ ( homeostatic equilibrium ). Jika satu bagian tubuh manusia berubah, maka bagian lain akan mengikutinya. Demikian pula halnya masyarakat. Masyarakat selalu mengalami perubahan, tetapi teratur. Dengan demikian, masyarakat bukan sesuatu yang statis, tetapi dinamis, sekalipun perubahan itu amat teratur dan selalu menuju pada keseimbangan baru.
Masyarakat tradiosional cederung untuk berhubungan dengan anggota masyarakat dari satu kelompok tertentu, sehingga ada rasa untuk memikul beban tanggung jawab bersama, sementara anggota masyarakat modern berhubungan satu sama lain dengan batas norma-norma universal, lebih tidak terikat dengan tanggung jawab kelompok dan kekhususan. Dengan berbekal sedikit pemahaman latar belakang lahir dan warisan pemikiran teori modernisasi, yang diharapkan dapat membantu pemahaman, tiba saatnya untuk menyimak secara detail teori modernisasi.

SMELSER : DEFERENSIASI STRUKTURAL
            Di dalam masyarakat modern, institusi keluarga telah mengalami deferensiasi structural, Keluarga memiliki struktral yag lebih sederhana, berukuran kecil dan hanya terdiri dari keluarga inti. Keluarga modern tidak lagi menjalankan semua fungsi yang dijalankan oleh keluarga dalam masyarakat tradisional.Berbagai lembaga ekonomi telah mengambil alih fungsi produktivitas, lembaga pendidikan menyediakan jasa pengajaran. Setiap lembaga baru yang terbentuk secara khusus menyediakan dan tanggung jawab untuk melaksanakan satu tugas tertentu.
            Dalam menjawab persoalan ini, Smelser berpendapat bahwa suatu lrmbaga baru lagi harus dibentuk, yang berperan khusus untuk menjembatani dan mengkoordinasikan kegiatan dan kebutuhan masyarakat yang telah terdiferensiasi. Sebagai contoh, ia menunjuk perlunya lembaga “ penempatan tenaga kerja “ untuk membantu pencari kerja dan menghubungkannya dengan lembaga ekonomi ( perusahaan ).
            Secara ringkas Smelser mdenguraikan penjelasannya untuk menguji pembangunan negara Dunia Ketiga dengan menggunakan konsep diferensisasi structural. Dengan mengaitkan akibat diferensiasi structural, permasalahan integrasi sosial, dan kemungkinan timbulnya kerusuhan sosial, Smelser menunjuk bahwa modernisasi tidak harus merupakan satu proses yang lancer dan harmonis.

ROSTOW : TAHAPAN  PERTUMBUHAN EKONOMI
            Rostow dalam bukunya yang berjudul The Stages of Economic Growth  menyatakan, bahwa ada lima tahapan pembangunan ekonomi, yaitu mulai dari tahap masyarakat tradional dan berakhir pada tahap masyarakat dengan konsumsi massa tinggi.
            Dalam perkemabangannya, ostow lebih jauh menyatakan, bahwa jika satu negara hendak mencapai pertumbuhan ekonomi yang otonom dan berkelanjutan, maka negara tersebut harus memilki struktur ekonomi tertentu. Pernyataan yang muncul adalah bagaimana negara Dunia Ketiga tersebut mampu memperoleh sumber daya yang diperlukan, khususnya sumber daya modal untuk mencapai tingkat investasi produktif yang tinggi Dalam hal ini Rostow menguraikan berbagai cara, yaitu : Pertama,  dana untuk investasi dapat digali cara pemindahan sumber dana secara radika dan atau melalui berbagai kebijaksanaan pajak. Kedua,  dana investasi dapat juga berasal dari lembaga-lembaga keuangan, antara lain bank, pasar uang dan modal, oblogasi pemerintah. Ketiga,  dana investasi juga dapat diperoleh melalui perdagangan internasional. Keempat,  dana investasi dapat diperoleh dari investasi langsung modal asing untuk ditanamkan misalnya pada bidang pembangunan prasarana dan pembukaan tambang, dan sektor produktif lainnya.

COLEMAN : PEMBANGUNAN POLITIK DAN BERKEADILAN
            Modernisasi menurut Coleman, menunjuk pada proses diferensisasi struktur politik dan sekularisasi budaya politik yang mengarah pada etos keadilan; dengan bertujuan akhir pada penguatan kapasitas sistem politik. Lebih dari itu, Coleman juga mengingatkan bahwa diferensiasi politik dan tuntutan keadilan  memiliki akibat samping berupa ketegangan  dan keterpecahbelahan sistem politik. Serupa dengan  Smelser, Coleman mengakhiri pembahasan  moderisasi politiknya dengan  menunjuk pada pentingnya kesiapan untuk menghadapi dan mengatasi masalah-masalah yang timbul disaat tibanya “ waktu krisis pengembangan sistem politik”, jika negara Dunia Ketiga hendak terus melanjutkan modernitasnya.
            Dengan demikian, secara ringkas, modernisasi politik bagi Coleman dapat diukur dengan seberapa jauh kapasitas system politik berkembang untuk mampu menghadapi dan mengatasi krisis-krisis yang diciptakan sendiri dalam proses perkembangannya.

ASUMSI TEORETIS DAN METODOLOGI
            Satu perangkat asumsi teori modernisasi berasal dari konsep-konsep dan metafora yang dditurunkan dari teori evolusi. Menurut teori evolusi, perubahan sosial, perubahan sosial pada dasarnya merupakan gerkan searah, linier, progresif dan perlahan-lahan, yang membawa masyarakat berubah dari tahapan primitif ke tahapan yang lebih maju, dan membuat berbagai masyarakat memiliki bentuk dan struktur serupa.
            Satu perangkat asumsi lain teori modernisasi berasal dari pola piker teori fungsionalisme. Teori fungsionalisme memberikan tekanan pada keterkaitan dan ketergantungan lembaga sosial, pentingnya vriabel kebakuan dan pengukur dalam sistem budaya, dan adanya kepastian keseimbangan dinamis-stasioner dari perubahan sosial. Terpengaruh oleh ini, ajaran modernisasi secara implisit juga mengandung bebrbagai asumsi berikut : Modernisasi merupakan proses sistematik. Modernisasi diartikan sebagai proses transformasi. Modernisasi melibatkan proses yang terus- menerus (immanent).
            Lebih lanjut, di samping adanya kenyataan, bahwa teori modernisasi memiliki asumsi-asumsi sebagai warisan pola piker teri evolusi dan fungsionalisme, teori modrnisasi juga memiliki kesamaan metode pengkajian dengan kedua paradigma tersebut.

IMPLIKASI KEBIJAKSANAAN PEMBANGUNAN
            Dengan mendasarkan diri pada perumusan kerangka teori dan metode pengkajian, teori modernisasi mampu menurunkan berbagai implikasi kebjiksanaan pembangunan yang perlu diikuti negara Dunia Ketiga dalam usaha memodernisasikan dirinya. Setelah diuraikan berbagai pendekatan , tesis, metode pengkajian, asumsi, dan implikasi kebijaksanaan pembangunan teori modernisasi yang diharapkan ikut membantu untuk memberikan pemahaman yang memadai, paling tidak pada bidang penalaran.

1 comments:

Apa komentar anda tentang blog ini?