BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak – kanak ke masa dewasa. Pada masa ini remaja mengalami perkembangan mencapai kematangan fisik, mental, sosial dan emosional. Masa ini biasanya dirasakan sebagai masa yang sulit, baik bagi remaja sendiri maupun bagi keluarga atau lingkungannya.
Setiap remaja memiliki tingkat emosi yang berbeda – beda, begitu pula dengan tingkat kemampuan remaja dalam mengendalikan emosi yang dimilikinya. Emosi dapat digolongkan menjadi emosi yang positif dan emosi yang negatif. Emosi yang dimiliki setiap remaja dapat berpengaruh terhadap tingkah laku, dapat dikatakan bahwa emosi pada remaja dapat dilihat dari tingkah lakunya.
Jika dilihat dari tiga ranah yang biasa digunakan dalam dunia pendidikan, yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotorik, maka emosi emosi termasuk ke dalam ranah afektif. Emosi banyak berpengaruh terhadap fungsi – fungsi psikis lainnya, seperti: pengamatan, tanggapan, pemikiran dan kehendak. Individu akan mampu melakukan pengamatan atau pemikiran dengan baik jika disertai dengan emosi yang baik pula. Individu juga akan memberikan tanggapan yang positif terhadap suatu objek manakala disertai dengan emosi yang positif pula. Sebaliknya, individu akan melakukan pengamatan atau tanggapan negatif terhadap suatu objek, jika disertai oleh emosi yang negatif terhadap objek tersebut.
B. Rumusan Permasalahan
Dari uraian tersebut, dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengaruh emosi terhadap tingkah laku maupun perkembangan pendidikan peserta didik ?
2. Apa saja upaya yang dapat diambil dalam memecahkan masalah emosi peserta didik di lingkungan sekolah ?
C. Tujuan dan Manfaat
Tujuan penulisan makalah pengamatan ini adalah untuk mengetahui perkembangan emosi pada peserta didik dan upaya – upaya yang ditempuh dalam memecahkan masalah – masalah yang berkaitan dengan perkembangan emosi peserta didik.
Manfaat penyusunan makalah pengamatan ini adalah untuk kepentingan praktis, yaitu sebagai referensi untuk membantu pengambilan keputusan bagi pembuat kebijakan terhadap masalah – masalah yang berkaitan dengan emosi remaja khususnya siswa di lingkungan sekolah.
Dan manfaat penyusunan makalah pengamatan ini untuk kepentingan teoritis, yaitu sebagai bahan masukan dalam membuat suatu kajian ilmiah tentang perkembangan emosi yang terjadi pada remaja khususnya pada peserta didik di sekolah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perkembangan Emosi
Emosi dapat didefinisikan sebagai suatu respon terhadap suatu perangsang yang menyebabkan perubahan fisiologis disertai perasaan yang kuat dan biasanya mengandung kemungkinan untuk meledak. Ada beberapa pengertian emosi menurut para ahli, antara lain :
1. Daniel Goleman (1995) mendefinisikan emosi sebagai setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu ; setiap keadaan mental yang hebat dan meluap – luap yang merujuk kepada suatu perasaan dan pikitan – pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis, dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak.
2. Chaplin (1989) mendefinisikan emosi sebagai suatu keadaan yang terangsang dari organisme mencakup perubahan – perubahan yang disadari, yang mendalam sifatnya dari perubahan perilaku.
Daniel Goleman (1995) mengidentifikasikan sejumlah kelompok emosi, yaitu:
1. Amarah.
2. Kesedihan.
3. Rasa takut.
4. Kenikmatan.
5. Cinta
6. Terkejut
7. Jengkel
8. Malu
Dari deretan daftar emosi di atas, berdasarkan temuan penelitian Paul Ekman dari University of California di San Fransisco, ternyata ada bahasa emosi yang dikenal oleh bangsa – bangsa di seluruh dunia, yakni emosi yang diwujudkan dalam bentuk ekspresi wajah yang di dalamnya mengandung emosi takut, marah, sedih, dan senang.
Menurut Daniel Goleman melalui teori “kecerdasan emosional”, mengemukakan sejumlah ciri utama pikiran emosionalsebagai bukti bahwa emosi memainkan peranan penting dalam pola berpikir maupun tingkah laku individu. Adapun ciri utama pikiran emosional tersebut adalah sebagai berikut:
1. Respon yang cepat tapi ceroboh
2. Mendahulukan perasaan baru kemudian pikiran
3. Memperlakukan realitas sebagai realitas simbolik
4. Masa lampau diposisikan sebagai masa sekarang
5. Realitas yang ditentukan oleh keadaan
Selain teori – teori di atas, ada pula teori – teori lain yang juga menjelaskannya. Adapun teori – teori tersebut adalah:
1. Teori sentral
2. Teori peripheral
3. Teori kepribadian
4. Teori kedaruratan emosi
Secara garis besar, masa remaja dapat dibagi ke dalam empat periode, antara lain:
1. Periode Pra-remaja
2. Periode Remaja Awal
3. Periode Remaja Tengah
4. Periode Remaja Akhir
Perkembangan emosi seseorang pada umumnya tampak jelas pada perubahan tingkah lakunya. Demikian juga pada perkembangan emosi remaja. Kualitas atau fluktuasi gejala yang tampak dalam tingkah laku itu sangat tergantung pada tingkat fluktuasi emosi yang ada pada individu tersebut. Ada sejumlah faktor yang memengaruhi perkembangan emosi remaja yaitu:
1. Perubahan jasmani
2. Perubahan pole interaksi dengan orang tua
3. Perubahan interaksi dengan teman sebaya
4. Perubahan pandangan luar
5. Perubahan interaksi dengan sekolah
Intervensi pendidikan untuk mengembangkan emosi remaja agar dapat berkembang ke arah memiliki kecrdasan emosional, salah satu di antaranya menggunakan intervensi yang dikemukakan oleh W.T. Grant Consortium tentang “Unsur – unsur aktif program pencegahan”, yaitu sebagai berikut:
1. Perkembangan Keterampilan Emosional
Cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan keterampilan emosional individu adalah:
a. Mengidentifikasi dan memberi nama – nama atau label – label perasaan
b. Mengungkapkan perasaan
c. Menilai intensitas perasaan
d. Mengelola perasaan
e. Menunda perasaan
f. Mengendalikan dorongan hati
g. Mengurangi stress
h. Memahami perbedaan antara perasaan dan tindakan
2. Perkembangan Keterampilan Kognitif
Cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan keterampilan kognitif individu adalah:
a. Belajar melakukan dialog batin sebagai cara untuk menghadapi dan mengatasi suatu masalah atau memperkuat perilaku diri sendiri.
b. Belajarlah membaca dan menafsirkan isyarat – isyarat sosial.
c. Belajarlah menggunakan langkah – langkah penyelesaian masalah dan mengambil keputusan.
d. Belajarlah memahami sudut pandang orang lain (empati).
e. Belajarlah memahami sopan santun.
f. Belajarlah bersikap positif terhadap kehidupan.
g. Belajarlah mengembangkan kesadaran diri.
3. Perkembangan Keterampilan Perilaku
Cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan keterampilan perilaku individu adalah:
a. Belajar keterampilan komunikasi non-verbal, misalnya berkomunikasi melalui hubungan pandangan mata, ekspresi wajah, gerak – gerik, posisi tubuh dan sejenisnya.
b. Belajarlah keterampilan komunikasi verbal, misalnya mengajukan permintaan – permintaan dengan jelas, mendeskripsikan sesuatu kepada orang lain dengan jelas, menanggapi kritik secara efektif, menolah pengaruh negatif, mendengarkan orang lain, ikut serta dalam kelompok – kelompok kegiatan positif yang banyak menggunakan komunikasi verbal dan sejenisnya.
Cara lain yang dapat digunakan sebagai intervensi edukatif untuk mengembangkan emosi remaja agar dapat berkembang ke arah memiliki kecerdasan emosional adalah dengan mengembangkan kegiatan – kegiatan yang di dalamnya mengandung materi yang dikembangkan oleh Daniel Goleman (1995) yang kemudian diberi nama “Self-science Curriculum”, yaitu sebagai berikut:
a. Belajarlah mengambangkan kesadaran diri.
b. Belajarlah mengambil keputusan pribadi.
c. Belajarlah mengelola perasaan.
d. Belajarlah menangani stress.
e. Belajar berempati.
f. Belajarlah berkomunikasi.
g. Belajarlah membuka diri.
h. Belajarlah mengembangkan pemahaman.
i. Belajarlah menerima diri sendiri.
j. Belajarlah mengembangkan tanggung jawab pribadi.
k. Belajarlah mengembangkan ketegasan.
l. Belajar dinamika kelompok.
m. Belajar menyelesaikan konflik.
B. Pengamatan
Pengamatan dilakukan kepada dua orang siswa salah satu Sekolah Menengah Atas sebagai sampel atau objek pengamatan dan kemudian hasil pengamatan tersebut akan dibandingkan antara satu siswa terhadap siswa yang lainnya. Berikut ini adalah profil kedua siswa yang dijadikan objek pengamatan:
I. Nama : Debi Mareta Nur Azma
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 17 tahun
Kelas : XII
II. Nama : Sunling Ela Virna
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 18 tahun
Kelas : XII
Ruang lingkup pengamatan meliputi emosi peserta didik serta dampaknya terhadap tingkah laku dan perkembangan intelektual. Pengamatan dilakukan dengan mengamati emosi serta tingkah laku sehari – hari terhadap objek yang diamati serta memperhatikan data akademik yang diperoleh di sekolah.
Setelah dilakukan pengamatan terhadap objek pertama (siswa I), diperoleh hasil bahwa siswa tersebut cenderung pendiam, tidak terlalu aktif, namun cukup baik dalam bergaul kepada teman – temannya. Dia juga terlihat menutup diri dan memiliki sedikit masalah di sekolah sehingga harus berkonsultasi dengan Guru BP dan Waka Kesiswaan. Setelah berkonsultasi daiperoleh informasi bahwa siswa tersebut juga memiliki beberapa masalah di keluarganya sehingga membuat dia menutup diri, kadang menangis dan marah – marah. Siswa tersebut juga sering tidak masuk sekolah dikarenakan masalah tersebut. Dapat disimpulkan bahwa siswa tersebut mengalami depresi yang berasal dari lingkungan keluarga dan kemudian dibawa ke lingkungan seklah sehingga perilakunya di sekolah lebih menutup diri dan pendiam.
Akibat dari emosi dari siswa I yang depresi tersebut berpengaruh pada kegiatan akademik di sekolah sehingga hasilnya siswa tersebut sering tidak masuk sekolah dan secara akademik melalui penilaian oleh guru siswa tersebut berada pada peringkat ke-20 dari 21 siswa. Emosi siswa I berpengaruh buruk terhadap perilaku dan secara akademik dapat menurunkan semangat belajar yang berpengaruh pada hasil penilaian akademik di sekolah.
Sebaliknya, siswa II yang tidak mengalami depresi atau emosinya terkendali cenderung aktif dalam kegiatan belajar mengajar dan dalam pergaulan dengan teman – teman di sekolah. Siswa II juga tidak pernah memiliki masalah di sekolah serta semangat dalam belajar, penilaian akademiknya sangat bagus yaitu peringkat pertama dari 21 siswa di kelasnya. Emosi pada siswa II yang terkendali berpengaruh positif terhadap perkembangannya di lingkungan sekolah dan berdampak sangat bagus terhadap perkembangan akademik siswa tersebut.
Banyak sekali hal – hal yang dapat membuat seseorang mengalami depresi antara lain konflik yang terjadi dalam lingkungan keluarga, banyaknya masalah yang dihadapi, dan lain – lain. Depresi dapat mengakibatkan dampak yang merugikan bagi si penderita seperti terganggunya fungsi sosial, fungsi pekerjaan, mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi, mengalami ketidak berdayaan yang dipelajari, bahkan hingga tindakan bunuh diri yang menyebabkan kematian. Remaja hanya mengurung diri di kamar, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya semangat hidup, hilangnya kreativitas, antusiasme dan optimisme. Dia tidak mau bicara dengan orang-orang, tidak berani berjumpa dengan orang-orang, berpikir yang negative tentang diri sendiri dan tentang orang lain, hingga hidup terasa sangat berat dan melihat masalah lebih besar dari dirinya. Remaja jadi pesimis memandang hidupnya, seakan hilang harapan, tidak ada yang bisa memahami dirinya, dan sebagainya.
Apabila dibuat perbandingan antara siswa I dan siswa II maka dapat diperoleh suatu kesimpulan bahwa seseorang yang mengalami depresi atau tidak dapat mengendalikan emosinya akan berpengaruh pada perkembangan dirinya. Sebaliknya apabila seseorang memiliki emosi yang sehat dan terkendali, tidak mengalami depresi maka akan berpengaruh positif pada perkembangan dirinya.
C. Pemecahan Masalah
Depresi pada remaja harus segera ditangani karena kalau berkepanjangan, dapat mengakibatkan bunuh diri yang berujung pada kematian. Makin lama seseorang mengalami depresi, makin lemah daya tahan mentalnya, makin habis energynya, makin habis semangatnya, makin terdistorsi pola pikirnya sehingga dia tidak bisa melihat alternative solusi, tidak bisa melihat ke depan, tidak menemukan harapan, tidak bisa berpikir positif. Ini menyebabkan remaja melihat bahwa bunuh diri menjadi solusi satu-satunya.
Depresi akan lebih baik ditangani dengan psikoterapi karena dengan psikoterapi, remaja dibantu untuk menemukan akar permasalahannya dan melihat potret diri secara lebih obyektif. Psikoterapi ditujukan untuk membangun pola pikir yang obyektif dan positif, rasional dan membangun strategi / mekanisme adaptasi yang sehat dalam menghadapi masalah. Perlu diingat bahwa keterbukaan remaja untuk mengemukakan masalah yang sedang dihadapinya akan membantu proses penyembuhan dirinya. Ada beberapa terapi yang dapat dilakukan untuk mengatasi depresi pada remaja, yaitu:
- CBT (Cognitive Behavioral Therapy)
CBT digunakan untuk memperbaiki distorsi kognitif dalam memandang diri dan masa depan sehingga akan memunculkan suatu kekuatan dari dalam dirinya bahwa dirinya mampu untuk mengatasi masalah tersebut.
- Psychodinamic Psychotherapy
Psychodinamic Psychotherapy digunakan untuk membantu remaja memahami, mengidentifikasi perasaan, meningkatkan rasa percaya diri, meningkatkan kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain dan mengatasi konflik yang sedang dialami.
- Interpersonal Psychoterapy
Interpersonal Psychoterapy digunakan untuk mengatasi depresi yang disebabkan oleh peristiwa-peristiwa yang menyebabkan kesedihan atau trauma, kesulitan untuk berinteraksi dengan orang lain.
- Terapi Suportif
Terapi suportif digunakan untuk mengurangi taraf depresi.
Keempat macam terapi di atas dapat dijadikan sebagai solusi untuk mengatasi masalah depresi pada remaja. Banyak faktor yang menentukan keberhasilan terapi seperti usia remaja saat awal mengalami depresi, beratnya depresi, motivasi, kualitas terapi, dukungan orangtua, kondisi keluarga (apakah orangtua juga menderita depresi atau tidak, ada atau tidak konflik dengan keluarga, kehidupan yang penuh stres atau tidak, dsb). Selain itu, juga diperlukan terapi keluarga untuk mendukung kesembuhan remaja penderita depresi. Karena dalam terapi keluarga, keluarga remaja yang depresi ikut mendiskusikan bagaimana cara yang terbaik untuk mengurangi sikap saling menyalahkan, orangtua remaja juga diberi tahu seluk beluk kondisi anaknya yang depresi sehingga diharapkan orangtua dan anggota keluarganya akan membantu dalam mengidentifikasi gejala-gejala depresi anaknya dan menciptakan hubungan yang lebih sehat.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari uraian pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Depresi merupakan suatu gangguan mental yang spesifik yang ditandai dengan adanya perasaan sedih, putus asa, kehilangan semangat, merasa bersalah, lambat dalam berpikir, menurunnya motivasi untuk melakukan aktivitas.
2. Depresi pada remaja disebabkan oleh kombinasi antara faktor predisposisi dan faktor presipitasi.
3. Depresi dapat mengakibatkan dampak yang merugikan bagi si penderita seperti terganggunya fungsi sosial, fungsi pekerjaan, mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi, mengalami ketidak berdayaan yang dipelajari, bahkan hingga tindakan bunuh diri yang menyebabkan kematian. Remaja hanya mengurung diri di kamar, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya semangat hidup, hilangnya kreativitas, antusiasme dan optimisme. Dia tidak mau bicara dengan orang-orang, tidak berani berjumpa dengan orang-orang, berpikir yang negative tentang diri sendiri dan tentang orang lain, hingga hidup terasa sangat berat dan melihat masalah lebih besar dari dirinya. Remaja jadi pesimis memandang hidupnya, seakan hilang harapan, tidak ada yang bisa memahami dirinya, dan sebagainya.
4. Depresi akan lebih baik ditangani dengan psikoterapi karena dengan psikoterapi, remaja dibantu untuk menemukan akar permasalahannya dan melihat potret diri secara lebih obyektif. Psikoterapi ditujukan untuk membangun pola pikir yang obyektif dan positif, rasional dan membangun strategi / mekanisme adaptasi yang sehat dalam menghadapi masalah. Perlu diingat bahwa keterbukaan remaja untuk mengemukakan masalah yang sedang dihadapinya akan membantu proses penyembuhan dirinya. Ada beberapa terapi yang dapat dilakukan untuk mengatasi depresi pada remaja, yaitu:
a. CBT (Cognitive Behavioral Therapy)
b. Psychodinamic Psychotherapy
c. Interpersonal Psychoterapy
d. Terapi Suportif
B. Saran
- Remaja hendaknya menjauhkan diri dari hal – hal yang dapat menyebabkan depresi, berpikir positif, serta menjalin komunikasi yang baik dengan orang lain.
- Sebagai orang tua atau rekan yang dekat dengan remaja penderita depresi harus mengetahui apa sebenarnya depresi itu dan apa saja gejala-gejalanya sehingga dapat memotivasi remaja atau pun bersama-sama mengatasi masalah dan mencari pertolongan yang tepat.
- Yang pasti ketika kita akan meyembuhkan depresi pada remaja faktor yang paling utama adalah dukungan, baik dukungan dari keluarga, teman maupun orang lain yang berhubungan langsung dengan si penderita. faktor keluarga sangat penting peranannya dalam proses ini.
PENUTUP
Demikian makalah ini kami buat dan sampaikan kepada pembaca sekalian. Makalah ini dibuat bukan semata – mata dalam rangka memenuhi tugas pada mata kuliah Perkembangan Peserta Didik, akan tetapi lebih bertujuan pada pemahaman kita tentang masalah yang dibahas dan disajikan pada makalah ini. Pada akhirnya kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat serta menambah wawasan bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.shvoong.com/social-sciences/psychology/2101019-depresi-pada-remaja-dan-cara/#ixzz1JwzJRuMZ
M. Asrori. 2008. Memahami dan Membantu Perkembangan Peserta Didik. Pontianak : Untan Press.
0 comments:
Post a Comment
Apa komentar anda tentang blog ini?